Seni Apollonian dan Dyonisian
Dalam memahami seni dan pemikiran, cara sederhananya ada teori yang membagi seni menjadi seni Dyonisan dan seni Appolonian. Seni Dyonisan yaitu seni yang lebih mengedepankan unsur keberanian, penentangan terhadap sesuatu, dan keteguhan sikap. Seni Appolonian yaitu seni yang lebih mengedepankan pada kepasrahan, penyerahan, dan penghambaan. Hal ini merujuk pada dewa-dewa yang dipercayai orang Yunani pada waktu itu yaitu adanya Dewa Dyonisius yang diindikasikan sebagai dewa perusak, penentang takdir, dan pemberani. Ada lagi Dewa Appolo yaitu dewa pelestari alam semesta, yang berwatak lemah lembut, dan harmoni. Atau dalam kepercayaan Zoroaster dikenal Dewa Ahura dan Mazda yang sifatnya bertolak-belakang.
Dalam ranah kemanusiaan cipratannya ini bisa dilihat dalam ranah filsafat pemikiran, dalam seni lukisan, seni patung, ataupun karya sastra, dan arsitektur bangunan. Dari situ bisa dikategorikan menurut dua genre besar aliran seni tersebut, meski tidak sepenuhnya benar namun bisa sebagai pegangan. Ada seni yang mimesis atau menirukan (mengikuti) alam dan bangunan yang sudah ada, namun ada yang mengkontruk kembali atau justru mendestruksi bangun ruang yang ada dalam seni dan pemikiran.
Dalam teori penciptaan ada yang berpatokan pada creatio ex nihilo atau ada dari luar diri kita yang menciptakan kita yang biasa disebut Yang Illahi. Namun ada juga yang berpendapat diri kitalah yang menciptakan diri kita sendiri, konsep-konsep dan pengertian yang kita bangun sendiri, kesenian dan kebudayaan yang kita ciptakan sendiri dalam ruang kreasi ‘manusia’.
Dalam sejarah filsafat masih terngiang jelas tokoh Phytagoras yang begitu memuja kesucian angka yang sakral dan adiluhung. Bahkan saking sucinya sampai-sampai hanya orang tertentu yang dapat berkomunikasi dengannya. Juga tak bisa dilupakan kisah Heraclitos yang sering menangis tanpa sebab yang pasti. Menurut Heraclitos dunia tercipta dari api. Api di sini bukanlah api yang fisik, melainkan api spiritual yang membara dan membuat semuanya menjadi hidup. Juga diketahui bahwa pemikiran Plato cenderung melangit, dan Aristotles lebih membumi…
