Bangun Ruang Warisanku
Tulisan adalah rekam jejak peristiwa yang tak pernah kering. Tulisan adalah jejak kehidupan itu sendiri. Ia sedang menuliskan di dinding-dinding semesta, yang suatu saat nanti ketika ia sudah beristirahat panjang ia akan membacanya kembali. Tulisan akan mambu bercerita banyak tentang segalanya dan mewariskan budaya.
Di sini aku mensketsa. Tentang apa yang semestinya kulakukan. Seseorang yang hidup sekian lama, akan memiliki kepekaan dan kearifan, akan apa yang akan ia tinggalkan. Pada kehidupan yang begitu ia cintai, pada keluarga yang ia peluk erat.
Monumen tentang diri. Monumen yang akan terus berbicara meskipun orang yang mencetuskannya sudah tiada. Monumen yang akan menjadi amal jariyahnya. Berbicara melintasi masa, dan didengar oleh anak cucu yang menyimaknya.
Sedikit demi sedikit ia menabung seperti membuat sarang yang nyaman buat tidurnya. Mulai dari menata keluarganya, membuat bangun ruang silaturahmi yang kokoh tak tergoyahkan. Menata perilakunya sehari-hari dan karya-karyanya. Puja-pujinya menggaung di langit semesta dan hanya dia dan Tuhannya yang mengerti. Hatinya berada dekat dengan Tuhan. Saling merasakan kedekatannya.
Kehidupan ini hanya sementara dan sebentar sekali. Ia ingin meninggalkan sesuatu yang berharga, yang istimewa, dan penuh dengan kebaikan. Lalu mau meninggalkan apa ? Ia berpikir ingin meninggalkan bangunan berupa masjid dan monumen yang menyalurkan sebuah pesan. Ia pun mulai saat ini berusaha meniatkan diri, menambah list di doanya, dan mulai bekerja nyata. Agar monumen fisik itu selalu berbicara dan berdizkir mewakilinya.
Lerlepas dari semua itu, usaha harus melesat saben waktu. Usaha juga harus berkesinambungan dan tertarget. Perlu ada peningkatan dan pencapaian yang terukur dalam sebuah usaha. Juga perlu ada matan usaha sebagai jalan menggapainya. Dari jalur tulisan, tulisan akan membentuk jaring-jaring makna, menuliskan impian, merealisasikan gagasan, hingga mewujud menjadi nyata. Dari jalur kerja, kerja juga harus terarah untuk satu tujuan itu. Tidak menginginkan duniawi, duniawi hanya menipu. Dari jalur gerakan, berkumpul dengan orang-orang yang tepat juga akan mendekatkan kita pada mimpi.
Mewujudkan amal jariyah yang akan terus berdengung saat kita tiada. Amal jariyah itu seperti melahirkan anak atau murid-murid yang meneruskan perjuangan kita di dalam kebaikan. Mentransfer ilmu yang membudayakan kebaikan. Dan berwakaf bangunan untuk kebermanfaatan umat.
Bangun Ruang Tulisan juga bisa menjadi amal jariyah yang kelak akan dibaca anak cucu. Di dalam bangunan tulisan kita bisa menuliskan apa saja yang kita inginkan. Bisa memberi judul atas kisah yang kita karang. Dan bisa semangat dan aktif menulis untuk kebaikan. Mengkonsep dan merancang masa depan bangsa dengan lebih indah lagi. Mewujudkan keluhuran dan kearifan budi melalui tulisan.